Muslimahwahdah.or.id - MAKASSAR, Dipenghujung 19 Ramadhan 1439, di akhir Musyawarah Kelembagaan yg rutin kami lakukan di lingkup Muslimah wahdah Pusat diantara bait-bait tausiah yang di sampaikan oleh ummi khalid, akrab beliau kami sapa. Tersimpan banyak pesan, dan pesan berkhidmat kepada keluarga, orang tua dan suami menjadi titik tekan yang beliau harapkan kepada seluruh pengurus yang hadir saat itu untuk di tunaikan di akhir Ramadhan ini, Kepada orang –orang yang setia meminjamkan waktu mereka untuk perjuangan ini ….Penyampaian beliau semakin menguat ketika menyampaikan bahwa “ Keberhasilan dalam dakwah seiring dengan keberhasilan kita membangun kekuatan rumah tangga.
“Berterimakasihlah kepada yang pernah datang dan mengetuk pintu hati kita. Dia adalah orang baik yang mau memperjuangkan kita dan siap berjuang bersama kita bahkan saat kita menganggap dan tidak percaya bahwa kita layak diperjuangkan. Dia adalah orang baik yang ingin terus berdiri di depan pintu dan menghalangi setiap yang ingin menyakitimu”
Kita dalam rumah tangga kita adalah adalah pertemuan dua orang manusia dengan jalan masing-masing sebelumnya. Lalu bersepakat untuk menempuh jalan bersama. Maka Jika ada pertengkaran atau konflik maka itu adalah hal biasa, siapapaun bisa bertengkar, anak-anak saja bertengkar apalagi orang dewasa. Kita hanya ingin mejadikan pertengkaran itu sebagai nikmat dan mengakhirinya dengan saling menghargai. Nikmati pertengkaran itu sebagaimana kita menikmati senyum dan kehangatan pasangan kita. Badai tidak akan berlalu jika tidak kita lalui, Jadi bukan badai pasti berlalu tapi mari kita lalui badai itu ( Sesungging senyum renyah mewarnai nasehat beliau”)
Jalan bersama ini bukan jalan milik salah satu dan memaksa yang lain mengikutinya, kita perlu berbicara dengan hati untuk saling memaklumi. Kenpa dia tidak seencer otakku , kenapa dia tidak selincah diriku, kenapa dia…, kenapa dia….Yah sejumlah ketidak puasan mungkin akan hadir. Tapi mungkin dengan cara seperti itulah kita bisa bersama masuk syurga mungkin tidak dengan thariqah yag kita anggap terbaik bagi kita , Kita harus bisa saling menutupi saling melengkapi dan saling mengisi. Karena rahasia langit itu luas, banyak yang tidak kita ketahui, Jadi jangan kita ukur langit kita atau syurga kita menurut kebiasaan yang kita miliki.
Yang paling penting adalah kembalikan semua hal yang kita hadapi kepada Allah Azza wajalla Sang pemilik Kekuatan. Kita para pejuang harus melihat keluarga sebagai orientasi ladang akhirat. Saling memberikan nasehat saling menghargai saling memotivasi bagaimanapun kelemahan seorang laki-laki dia tetap raja bagi kita dan jika ada yang menganggap pernikahan itu perbudakan iya memang dia adalah perbudakan namun seorang tuan yang baik itu tidak akan menghinakan budaknya dan seorang suami tidak akan mendudukkan istrinya sebagai budak melainkan mendudukannya sebagai kawan sebagai partner, belahan hati, belahan rusuk serta sebagai orang yang paling mulia setelah wanita yang melahirkannya.
Inilah yang kita harapkan bisa menghadirkan sakinah dalam keluarga. Saat-saat ketika kita begitu tulus ikhlas menerima pasangan kita tanpa kekurangan apapun. Maka itulah sakinah sesungguhnya. Kecukupan materi menjadi bumbu sakinah, tapi bukan yang utama. Sakinah tidak selalu hadir dari kecukupan harta dan materi. Namun bersumber dari ketaatan kita bersama kepada Allah
Maka arah itu telah diambil, tujuan yang sama telah disepakati, jalan telah dipilih dan cara untuk menjalaninya telah diikrarkan bersaksikan Tuhan dan alam semesta. Keberhasilan dalam dakwah seiring dengan keberhasilan kita membangun kekuatan rumah tangga. Bukan keharmonisan, Karena keharmonisan akan mengikut jika rumah tangga kita kuat. Intinya mari kita hamburkan Do’a, Lambungkan harapan dihari hari akhir Ramadhan Ini Semoga Allah mempertemukan kita di SyurgaNya kelak. ( ditulis ulang dengan sedikit redaksi Oleh Ummu Ulya )
0 Komentar
Belum ada pesan