Muslimahwahdah.or.id - MAKASSAR, Ratusan orang diprediksi masih tertimbun material bangunan dan tanah usai gempa memicu tsunami dan pergerakan tanah (likuifaksi) di Sulawesi Tengah.
Tak sedikit keluarga korban yang terus berharap pemerintah tak menghentikan evakuasi, meski proses pencarian memiliki tenggat waktu.
Pagi itu rabu 3 /10/2018, Tim Muslimah peduli kami berkunjung ke rumah kerabat ukhti Echa Ummu Afnan, ketua MWD Palu, yang berlokasi di jln. Toddopuli, Makassar. Bertemu dengan ibunda beliau yang alhamdulillah selamat dari musibah gempa Palu. Ada air mata hangat mengalir saat kami bersalaman dan memeluk beliau. Kami datang ingin menghibur. Tetapi spontan beliau bercerita tentang keadaan di sana. Beliau tinggal di Perumnas Balaroa, komp. Perumahan yang amblas ke bawah.
Saat itu, sebelum maghrib, ukhti Echa baru tiba dari musyawarah, bertanya pada ibunya, sudah makan atau belum. Ternyata belum. Maka ukhti Echa pun keluar dari rumahnya, membeli makanan. Afnan Humairah, putri satu-satunya, asik bermain di depan rumah bersama teman-temanya. Jadwalnya habis maghrib mau ngaji. Tidak lama setelah itu, terjadilah gempa dahsyat itu. Rumah bergoyang layaknya diayun, barang-barang berhamburan, tembok-tembok mulai runtuh. Sang ibu terjebak di dalam rumah bersama anaknya yang laki-laki. Beliau berlindung di bawah meja. Ada satu menit gempa mengguncang.
Dalam keadaan itu, masuk waktu maghrib. Sang ibu tayammum, lalu sholat maghrib, bermunajat kpd Rabb-Nya. Saat gempa sempat berhenti, beliau berusaha menyelamatkan diri. Pintu rumah sudah tertutup reruntuhan. Ada sedikit celah di jendela. Beliau mencoba keluar dari rumah lewat lobang kecil itu. Sayangnya, sang adik tidak bisa diselamatkan. Dengan sangat berat hati, ibundanya meninggalkannya. “Mama minta maaf, nak“, sambil sesenggukan beliau bercerita.
Sang adik sudah tak bergerak, tak bisa ditolong lagi. Beliau keluar ke jalan, huru hara. Hingga malam beliau tidak tau mau ke mana, singgah saja di tempat berkumpulnya orang-orang Berharap bisa bertemu dengan ukhti Echa dan cucunya, Afnan. Hanya bermodal pakaian lengan panjang, celana panjang, kepala ditutupi daster sebagai kerudung krn sudah tidak dapat mencari jilbab. Malam itu beliau menginap di Polsek, tidur di atas mobil.
Esoknya beliau berjalan lagi, mencari sang anak. Beliau akhirnya sampai di rumah anaknya yang lain, adik perempuan ukhti Echa. Dia juga bercerita, bagaima kondisi saat gempa, mereka sekeluarga, bersama suami, dan bayinya, berlindung di dekat lemari. Keluar dari rumah juga lewat lobang jendela yang masih tersisa.
Haru mendengar kisah mereka. Begitu tegar. Sang ibu berkata, “Ini belum ada apa2nya dibanding kejadian nanti di Hari Kiamat. Kita harus sabar.” subhanallah. Alhamdulillah kita dapat kabar, Afnan sudah ketemu, dan sementara dalam perjalanan ke Makassar. Dia diselamatkan oleh bapak yang sering antar jemput mengaji. Hari itu bapaknya tidak langsung pulang, padahal biasanya cuma drop ke tujuan dan langsung pulang. Allah Maha Mengatur.
Sedangkan ukhti Echa, saudara seperjuangan kami dulu di Makassar, hingga kini belum ketahuan kondisinya. Ada harap, ada cemas. Kita kembalikan semua kepada Allah.
Sambil bercerita, sesekali kami menoleh ke TV yang sedang live melaporkan kondisi di Palu. Terakhir pas yang diliput adalah perumahan Balaroa. Tampak di TV, relawan Lazis Wahdah sedang memikul satu kantong jenazah. Kompleks itu betul2 amblas, lebih rendah dari tanah sekitarnya.
Subhanallah. Saya tidak terbayang bagaimana perasaan sang ibu. Kita doakan saja yang terbaik untuk saudari kita, ukhti Echa. Beliau katanya sedang semangat-semangatnya nya belajar mengendarai motor. Beliau kemana-mana jalan kaki, musyawarah, mengisi tarbiyah, jalan kaki bersama anaknya. Subhanallah. Kita yakin, Allah menjaga hamba-hamba-Nya. Kita yakin, Allah menolong penolong agama-Nya. Apapun nanti yang terjadi, kita yakin, Allah Mahaluas rahmat-Nya, tak ada waktu untuk berputus asa. Allah sudah memilih, mengatur setiap jengkal yang Dia kehendaki selamat atau terkena bencana.
Hanya kepada Allah kita bermunajat, beribadah. Hanya kepada Allah, kita memohon pertolongan. Demikian catatan dari salah satu tim peduli muslimah ukh.muhyina saat mengnjungi ummi uk.echa’. Salam ukhuwah (U2)
0 Komentar
Belum ada pesan